Nama
aslinya adalah Muhammad Bakir atau I Mallambosi yang dikenal dengan
nama Sultan Hasanuddin. Lahir di Ujungpandang Sulawesi tahun 1631.
Pada usia mudanya Sultan Hasanuddin seringa diutus oleh ayahnya ke
kerajaan lain di Indonesia seperi Banten, Mataram untuk mengadakan
perjanjian kerjasama perdagangan dan pertahanan.
Pada masa pemerintahan ayahnya, Belanda telah mendirikan beberapa kantor perdagangan di kepulauan Maluku dan memonopoli perdagangan rempah-rempah didaerah tersebut. Hal ini merupakan ancaman bagi kerajaan Gowa.
Setelah Sultan Hasanuddin naik tahta ia menggabungkan beberapa kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk bersama-sama melawan Belanda. Lalu ditahun 1660 meletuslah perang antara Gowa dan Belanda yang diakhiri dengan perdamaian. Karena didalam perdamaian tersebut banyak merugikan Gowa maka ditahun 1666 Sultan Hasanuddin kembali menggencarkan perlawanan terhadap Belanda, dalam peperangan ini Belanda dibantu oleh kerajaan-kerajaan yang dapat dipengaruhi. Perlawanan terus belangsung akhirnya pada tanggal 18 Nopember 1667 diadakan perjanjian Bungaya yang mengakhiri perang tersebut.
Namun perjanjian Bungaya ini tidak berhasil memelihara perdamaian dalam waktu yang lama, dan Sultan Hasanuddin tertekan oleh isi perjanjian itu. Pada bulan April 1667 Sultan Hasanuddin kembali melancarkan serangan terhadap Belanda, akan tetapi Sultan Hasanuddi mengakui keuatan lawannya.
Tanggal 24 Juni 1668, pertahanan terkuat kerajaan Gowa yaitu benteng Sombaupo jatuh ke tangan Belanda, dengan jatuhnya benteng tersebut ke tangan Belanda maka membuat kekuaran Sultan Hasanuddin melemah. Beberapa hari kemudian Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan ia tetap tidak mau bekerjasama dengan Belanda.
Sultan Hasanuddin meninggal dunia tanggal 12 Juni 1670 karena keberaniannya, Belanda menamakan ia si “Ayam Jantan dari Timur”
No comments:
Post a Comment